Showing posts with label Tips. Show all posts
Showing posts with label Tips. Show all posts

Monday, January 10, 2011

Tips agar foto lebih tajam

Menghasilkan foto yang tajam setajam silet adalah keinginan banyak pecinta fotografi, dan beragam fitur kamera serta aksesoris tambahan sudah diciptakan untuk membantu kita menghasilkan foto yang tajam ini. Dari tripod, stabiliser (lensa ataupun kamera) sampai dengan software editor foto yang dilengkapi tool untuk mempertajam hasil akhir foto.

Artikel ini akan merangkum beberapa tips agar foto anda lebih tajam, silahkan:


Cara memegang kamera

Cara memegang kamera sangat berpengaruh pada stabilitas kamera (baca: ketajaman foto), bacalah bagaimana cara memegang kamera yang baik.

Shutter Speed.

Jika anda mempercepat shutter speed, maka foto anda akan semakin tajam. Ingat aturan baku agar foto tajam saat anda memotret handheld : ” gunakan shutter speed yang lebih cepat dibanding panjang fokal lensa anda”. Begini penjabarannya:

  • Jika panjang lensa anda 50mm, potretlah dengan shutter speed 1/60 detik atau lebih cepat
  • Jika panjang lensa anda 100mm, gunakan shutter speed 1/125 detik atau lebih cepat
  • Jika panjang lensa anda 200mm, gunakan shutter speed 1/250 detik atau lebih cepat

Aperture

Aperture berpengaruh pada depth of field (daerah fokus dalam foto anda). Mengurangi aperture (memperbesar angkanya, misal anda memilih f/22) akan menambah depth of field, artinya area tajam dalam foto akan semakin besar meliputi obyek yang dekat maupun jauh, sehingga ketajaman foto secara keseluruhan justru berkurang.
Maka lakukan sebaliknya, pilih aperture yang besar (angkanya kecil, misal f/4), maka anda akan memusatkan area tajam hanya didekat fokus. Memilih aperture yang besar memungkinkan anda mendapatkan shutter speed yang lebih cepat.

ISO

Menambah ISO akan mempercepat shutter speed serta memungkinkan anda memilih aperture yang lebih besar. Jika anda memotret di dalam ruangan, perbesar-lah ISO, tapi jangan berlebihan (misal: pilih ISO 600 untuk memotret didalam rumah). memilih ISO yang terlalu tinggi (diatas 800), bisa menyebabkan noise (bintik hitam kecil) dalam foto mulai terlihat.

Fokus

Jangan hanya percaya dengan autofokus kamera, periksalah secara cermat menggunakan mata dimata titik fokus anda berada. Ketika memotret wajah dalam jarak dekat, pastikan fokusnya jatuh diarea mata. Ketika memotret obyek, pastikan fokusnya memang ada dimana anda ingin area tersebut paling tajam. Autofokus kamera bisa saja salah dan justru menjatuhkan fokus disamping obyek yang anda inginkan.

Lensa

Jika anda kebetulan memiliki kamera SLR, pilihlah lensa terbaik yang bisa anda beli. Lensa yang berkualitas baik bisa secara drastis meningkatkan ketajaman foto anda. Lensa KIT yang biasanya ditawarkan dijual sebagai paket komplit bersama kamera biasanya kualitas-nya payah. Saran saya, jika anda baru akan membeli kamera SLR, belilah secara terpisah antara kamera (body only) dan lensa. Jangan membeli paket KIT. Lensa dengan kualitas bagus biasanya ditandai dengan aperture yang besar (misal f/2.8).

Sweet Spot Lensa

Lensa memiliki sweet spot-nya masing-masing. Sweet spot adalah aperture tertentu dimana lensa akan menghasilkan foto yang paling tajam. Sweet spot lensa biasanya berada dua stop diatas batas maksimal kemampuan aperture lensa. Misal, untuk lensa f/2.8 maka sweet spot-nya ada di f/5.6. Maka gunakan aperture f/5.6 jika anda memotret dengan lensa itu, foto anda akan tajam setajam silet.

Tripod

Tripod memang tidak praktis dan merepotkan, namun jika anda “sudi” membawanya, anda akan memperoleh foto yang lebih tajam. Terutama jika anda ingin menghasilkan foto HDR atau panorama, relakanlah membawa tripod.

3 Alasan Anda Tidak Perlu Takut Memotret Dengan ISO Tinggi

Kita menggunakan ISO yang sangat tinggi (diatas 800) ketika menghadapi situasi seperti ini: saat sumber cahaya yang tersedia sangat redup, saat kita membutuhkan shutter speed yang tinggi, saat kita tidak ingin menggunakan lampu flash, serta saat kita tidak membawa tripod. Concern terbesar ketika kita menaikkan ISO sampai diatas 800 adalah munculnya noise, bintik kecil hitam yang biasanya muncul di hasil akhir foto.

Namun berbahagialah anda, karena nampaknya kekhawatiran tentang munculnya noise ini bisa mulai dikikis. Ada 3 alasan yang cukup bagus sehingga anda bisa tenang meskipun menggunakan ISO tinggi dalam pemotretan. Apa saja? :

  1. Perkembangan Teknologi Kamera
  2. Hampir semua kamera SLR generasi terbaru memiliki teknologi pengurang noise (noise reduction) yang sangat handal, kita bisa memotret sampai dengan ISO 1800 dan hasilnya masih sangat layak. Setahu saya, hampir semua kamera SLR keluaran Nikon maupun Canon dari kelas pemula sampai kelas pro sangat jago dalam menyingkirkan noise yang timbul dari pemakaian ISO yang tinggi. Bahkan beberapa kamera saku yang berkualitas seperti halnya Panasonic LX3 (atau yang terbaru LX5) menerapkan teknologi noise reduction dengan sangat baik.

  3. Kita Bisa Memanfaatkan Software Noise Reduction
  4. Kalau kebetulan kamera anda belum memiliki teknologi noise reduction yang canggih, anda toh bisa memanfaatkan software noise reduction saat memproses foto di komputer. Software macam Noise Ninja, Noiseware atau Dfine sangat ampuh menyisihkan noise dari foto anda secara cepat dan mudah.

  5. Tidak Semua Noise Itu Dosa
  6. Ya betul, bahkan ketika anda tidak memiliki kamera dengan teknologi noise reduction yang canggih serta tidak ingin menggunakan software penghilang noise, jangan khawatir. Tidak semua noise yang muncul dalam foto anda wajib disingkirkan. Kadang foto justru tampak artistik dengan adanya noise yang timbul. Foto dibawah ini dihasilkan dengan ISO 800, menggunakan kamera SLR kelas pemula yang relatif sudah agak jadul (Nikon D40), serta tidak diolah dengan software noise reduction. Anda bisa melihat banyak noise di latar belakang ungu, dan hasilnya tetap saja bagus bukan?

    Oke, selamat memotret di ISO tinggi !!


Tuesday, August 17, 2010

Top Six Tips For Indoor Photography

Fotografi dalam ruangan dapat menghasilkan gambar yang bagus seperti fotografi luar ruangan. Anda hanya perlu menggunakan pengaturan yang tepat, peralatan dan kamera.
Berikut adalah Tips untuk Indoor Photography...


1. Memanfaatkan berdiri Tripod dan sistem pencahayaan

Ketika melakukan fotografi indoor pertama banyak cahaya yang diperlukan, seperti saat foto diambil di luar di mana matahari melakukan pekerjaan yang sempurna.
Dan hal penting lainnya untuk diingat pada setiap pengeluaran akan fotografi penggunaan berdiri tripod untuk menghindari foto gemetar.

2. Membeli sebuah studio Home

Mendirikan rumah studio untuk fotografi Anda telah dibuat lebih sederhana dan lebih mungkin di pasar fotografi. Anda dapat menemukan berbagai studio online rumah atau di toko-toko yang tersedia. Mereka semua berbeda dalam harga atau jenis peralatan.
Beberapa fotografer memilih menggunakan studio di rumah dengan sistem pencahayaan yang terdiri dari payung untuk mengarahkan cahaya ke objek yang fokus, daripada menggunakan lampu flash yang sangat baik aren'ta sumber cahaya.
Masalah lain tentang menggunakan lampu kilat adalah bahwa ia menghasilkan cahaya merah di murid di mata rakyat. Beberapa ahli mengatakan bahwa menggunakan sistem payung sangat efektif karena terus fotografi dari yang lebih terbuka dan keluar tertiup memiliki menyoroti pada akhir hari.

3. Set kanan aperture dan kecepatan rana

Untuk mencapai foto-foto dalam ruangan yang terbaik, itu sangat dianjurkan bahwa aperture kamera Anda yang terbaik terbuka untuk maksimum sehingga agar cahaya sebanyak mungkin, dengan begitu foto akan terkena sebagai cahaya sebanyak mungkin. Dan rekomendasi lain akan menurunkan kecepatan rana, cara bahwa banyak cahaya diperbolehkan untuk memainkan perannya.

4. Matikan lampu kilat

Bila mengambil gambar dalam ruangan peristiwa seperti pernikahan, rapat atau pertemuan dalam ruangan yang terbaik yang direkomendasikan bahwa penggunaan lampu kilat biasa tua biasanya akan hitam keluar latar depan dan burnout pada orang-orang di belakang tanah, dan ini menghasilkan gambar yang terburuk.
Untuk mengambil gambar yang beredar lampu kilat memantul akan menjadi hal terbaik untuk dilakukan karena cara gambar akan keluar dengan sempurna. hit lain akan menembak objek jauh dari dinding, hal ini menghilangkan efek bayangan yang diciptakan oleh dinding.

5. Memanfaatkan pencahayaan alami

Suhu saat mengambil foto juga sama pentingnya, karena kadang-kadang jika gambar yang diambil pada suhu tinggi ini akan menyebabkan warna memiliki warna pencahayaan yang berbeda.
Jika pencahayaan di ruangan khusus memiliki lampu neon itu menyebabkan beberapa nada warna memiliki nada seperti hijau. Dengan bola lampu halogen biasa, yang digunakan oleh sejumlah orang, ini biasanya akan memberikan warna kekuningan ke seluruh foto.
Shooting cepat akan isu lain untuk dipertimbangkan, sehingga saat-saat terbaik adalah tidak ditinggalkan dan dilupakan.

6. Penurunan jarak antara Anda dan subjek

Last but not least, jangan meninggalkan jarak yang sangat jauh antara Anda dan subjek. Semakin dekat Anda, semakin baik output gambar. Dan bidikan gambar asli tanpa zoom membawa mereka keluar dengan cara yang unik, dan harus bergerak mendekat ke objek adalah cara untuk mendapatkan hasil terbaik.

Tuesday, July 27, 2010

14 Tips Landscape Photography

1. Maksimalkan Depth of Field (DoF)

Sebuah pendekatan konsep normal dari sebuah landscape photography adalah “tajam dari ujung kaki sampai ke ujung horizon”. Konsep dasar teori “oldies” ini menyatakan bahwa sebuah foto landscape selayaknya sebanyak mungkin semua bagian dari foto adalah focus (tajam). Untuk mendapatkan ketajaman lebar atau dgn kata lain bidang depth of focus (DOF) yang selebar2nya, bisa menggunakan apperture (bukaan diafragma) yang sekecil mungkin (f number besar), misalnya f14, f16, f18, f22, f32, dst.
Tentu saja dgn semakin kecilnya apperture, berarti semakin lamanya exposure.

Karena keterbatasan lensa (yang tidak mampu mencapai f32 dan/atau f64) atau posisi spot di mana kita berdiri tidak mendukung, sebuah pendekatan lain bisa kita gunakan, yaitu teori hyper-focal, untuk mendapatkan bidang fokus yang “optimal” sesuai dgn scene yang kita hadapi. Inti dari jarak hyper-focal adalah meletakan titik focus pada posisi yang tepat untuk mendapatkan bidang focus yg seluas-luasnya yg dimungkinkan sehingga akan tajam dari FG hingga ke BG.

Dengan DoF lebar, akibat penggunaan f/20 dan pengaplikasian hyper-focal distance untuk menentukan focus.

2. Gunakan tripod dan cable release

Akibat dari semakin lebarnya DOF yang berakibat semakin lamanya exposure, dibutuhkan tripod untuk long exposure untuk menjamin agar foto yang dihasilkan tajam. Cable release juga akan sangat membantu. Jika kamera memiliki fasilitas untuk mirror-lock up, maka fasilitas itu bisa juga digunakan untuk menghindari micro-shake akibat dari hentakkan mirror saat awal.

3. Carilah Focal point atau titik focus

Titik focus disini bukanlah titik dimana focus dari kamera diletakkan, tapi lebih merupakan titik dimana mata akan pertama kali tertuju (eye-contact) saat melihat foto.
Hampir semua foto yang “baik” mempunyai focal point, atau titik focus atau lebih sering secara salah kaprah disebut POI (Point of Interest). Sebetulnya justru sebuah landscape photography membutuhkan sebuah focal point untuk menarik mata berhenti sesaat sebelum mata mulai mengexplore detail keseluruhan foto. Focal point tidak mesti harus menjadi POI dari sebuah foto.
Sebuah foto yang tanpa focal point, akan membuat mata “wandering” tanpa sempat berhenti, yang mengakibatkan kehilangan ketertarikan pada sebah foto landscape. Sering foto seperti itu disebut datar (bland) saja.
Focal point bisa berupa berupa bangunan (yg kecil atau unik diantara dataran kosong), pohon (yg berdiri sendiri), batu (atau sekumpulan batu), orang atau binatang, atau siluet bentuk yg kontrast dgn BG, dst.

Peletakan dimana focal point juga kadang sangat berpengaruh, disini aturan “oldies” Rule of Third bermain.

4. Carilah Foreground (FG)

Foreground bisa menjadi focal point bahkan menjadi POI (Point of Interest) dalam foto landscape anda.
Oleh sebab itu carilah sebuah FG yang kuat. Kadang sebuah FG yang baik menentukan “sukses” tidaknya sebuah foto landscape, terlepas dari bagaimanapun dasyatnya langit saat itu.
Sebuah object atau pattern di FG bisa membuat “sense of scale” dr foto landscape kita. Pilih langit atau daratan.
Langit yang berawan bergelora, apalagi pada saat sunset atau sunrise, akan membuat foto kita menarik, tapi kita tetap harus memilih apakah kita akan membuat foto kita sebagian besar terdiri dari langit dgn meletakan horizon sedikit dibawah, atau sebagian besar daratan dgn meletakkan horizon sedikit dibagian atas.
Seberapa bagus pun daratan dan langit yang kita temui/hadapi saat memotret, membagi 2 sama bagian antara langit yang dramatis dan daratan/FG yang menarik akan membuat foto landscape menjadi tidak focus, krn kedua bagian tersebut sama bagusnya.

Komposisi dgn menggunakan prisip “oldies” Rule of Third akan sangat membantu. Letakkan garis horizon, di 1/3 bagian atas kalau kita ingin menonjolkan (emphasize) FG nya, atau letakkan horizon di 1/3 bagian bawah, kalau kita ingin menonjolkan langitnya.

Tentu saja hukum “Rule of Third” bisa dilanggar, andai pelanggaran itu justru memperkuat focal point dan bukan sebaliknya. Juga tidak selalu dead center adalah jelek.

6. Carilah Garis/Lines/Pattern

Sebuah garis atau pattern bisa membuat/menjadi focal yang akan menggiring mata untuk lebih jauh mengexplore foto landscape anda. Kadang leading lines atau pattern tersebut bahkan bisa menjadi POI dari foto tersebut.
Garis-garis, juga bisa memberikan sense of scale atau image depth (kedalaman ruang).
Garis atau pattern bisa berupa apa saja, deretan pohon, bayangan, garis jalan,tangga, dst.

7. Capture moment & movement

Sebuah foto Landcsape tidak berarti kita hanya menangkap (capture) langit, bumi atau gunung, tapi semua elemen alam, baik itu diam atau bergerak seperti air terjun, aliran sungai, pohon2 yang bergerak, pergerakan awan, dst, dapat menjadikan sebuah foto landscape yang menarik.
Sebuah foto landscape tidak harus mengambarkan sebuah pemandangan luas, seluas luasnya, tapi sebuah isolasi detail, baik object yang statis maupun yg secara dinamis bergerak, bisa menjadi sebuah subject dari sebuah foto landscape. Untuk itu lihat Rule #13.

Bekerja sama dengan alam atau cuaca

Sebuah scene dapat dengan cepat sekali berubah. Oleh sebab itu menentukan kapan saat terbaik untuk memotret adalah sangat penting. Kadang kesempatan mendapat scene terbaik justru bukan pada saat cuaca cerah langit biru, tapi justru pada saat akan hujan atau badai atau setelah hujan atau badai, dimana langit dan awan akan sangat dramatis.

Selain kesabaran dalam “menunggu” moment, kesiapan dalam setting peralatan dan kejelian dalam mencari object dan Focal Point seperti awan, ROL (ray of light), pelangi, kabut, dll.

9. Golden Hours & Blue hours

Pada normal colour landscape photography, saat terbaik biasanya adalah saat sekitar (sebelum) matahari terbenam (sunset) atau setelah matahari terbit (sunrise).
Golden hours adalah saat, biasanya 1-2 jam sebelum matahari terbenam (sunset) hingga 30 menit sebelum matahari terbenam, dan 1-3 jam sejak matahari terbit, dimana “golden light” atau sinar matahari akan membuat warna keemasaan pada object.
Selain itu, saat golden hours juga akan membuat bayangan pada oject, baik itu pohon, atau orang menjadi panjang dan bisa menjadi leading lines spt yg disebutkan.
Jika kita memotret pada saat golden hours sudah lewat, atau pada saat matahari sudah terik, biasanya hasilnya akan flat atau harsh lightingnya krn matahari sudah jauh diatas.

Ini berlawananan dgn IR landscape photography yg tidak mengenal golden hours, dimana saat terbaik justru pada saat tengah teriknya matahari.

Blue hours adalah beberapa saat, biasanya hingga 20-30 menit setelah matahari terbenam (sunset), dimana matahari sudah tebenam, tapi langit belum gelap hitam pekat. Pada saat ini langit akan berwarna biru.

Jadi adalah kurang tepat, bahwa pada saat matahari sudah terbenam dan langit mulai gelap (oleh mata kita), kita langsung mengemas/beres2 gear/tripod kita. Justru pada saat ini kita bisa mendapatkan sebuah scene yang bagus dimana langit akan berwarna biru dan tidak hitam pekat. Biasanya dgn long exposure, awan pun (walau kalau kita lihat dgn mata telanjang sdh tidak tampak) masih akan terlihat jelas dan memberikan texture pada langit biru.

10. Cek Horizon

Walaupun sekarang dgn mudah kesalahan ini dapat di koreksi dgn image editor tapi saya masih berkeyakinan “get it right the first time” akan lebih optimal.
Ada 2 hal terakhir saat sebelum kita menekan shutter:
- Apakah horizonya sudah lurus, ada beberapa cara untuk bisa mendapatkan horion lurus saat eksekusi di lapangan.
- Apakah horizon sdh di komposisikan dgn baik, untuk pengaplikasian Rule of third. Peraturan/rule kadang dibuat untuk dilangar, tapi jika scene yang akan kita buat tidak cukup kuat (strong) elementnya, biasanya Rule of Third akan sangat membantu membuat komposisi menjadi lebih baik. Memang dgn croping nantinya di software pengolah gambar, kita bisa memperbaikinya. Tapi kalau tidak dgn terpaksa, lebih baik pada saat eksekusi kita sudah menempatkan horizon pada posisi yang sebaiknya.

Contoh foto disamping adalah salah satu dr foto yang saya ambil amannya (save) untuk posisi horizon pada saat eksekusi. Oleh krn itu horizon saya letakkan pas ditengah saja, dgn harapan pada saat itu, saya bisa melakukan cropping nantinya (baik dicrop bagian atas atau pun bagian bawah).

11. Ubah sudut pandang/angle/view anda

Kadang kita terpaku dgn sudut pandang atau angle yang umum kita lakukan, atau mungkin kalau kita mengunjungi suatu tempat yang sering kita lihat fotonya baik itu dimajalah atau website seperti di FN ini, kita menjadi “latah” dan memotret dgn angle yang sama.
Banyak cara untuk mendapatkan fresh point of view. Tidak selamanya “eye-level angle” (posisi normal saat kita berdiri) dalam memotret itu yang terbaik. Coba dgn high-angle (kamera diangkat diatas kepala), waist-level angle, low level, dst, coba berbagai format horizontal dan/atau vertikal.

Atau mencoba mencari spot atau titik berdiri yang berbeda atau tempat yang berbeda, misalnya dari atas pohon (ada memang fotografer senior yang saya kenal yang senang memanjat pohon untuk utk mendapatkan view yg berbeda, dan hasilnya memang berbeda dan unik), atau mencoba berdiri lebih ketepi jurang, atau bahkan tiduran ditanah… tentu saja dgn lebih mengutamakan keselamatan anda sendiri sbg faktor yang lebih utama dan menghitung resiko yang mungkin didapatkan.

Satu hal yang harus dipahami, mencoba dengan sudut pandang yang berbeda tidak selalu otomatis gambar kita akan lebih bagus atau lebih baik, tapi begitu sekali anda mendapatkan yang lebih bagus, dijamin pasti berbeda dgn yang lain.
Dengan sering ber-experimen dgn berbagai angle, lama-kelamaan insting anda akan terlatih saat berada di lapangan untuk mendapatkan tidak hanya angle yang bagus, tapi juga berbeda.
Jangan memotret berulang2 pada satu titik/spot. Cobalah untuk bergeser beberapa meter kesamping atau kedepan, atau bahkan berjalan jauh.
Juga sesekali coba untuk menoleh kebelakang untuk melihat, kadang bisa mendapatkan angle yang menarik dan berbeda.
3-5 exposure/jepretan pada satu titik dan “move on, change spot, change orientation (landscape <-> portrait), look back, change lenses”.

Terutama jika anda sering travelling, baik itu ke tempat yang sudah umum atau ke tempat yang jarang di kunjungi fotografer. Ada kalanya kita ada pada suatu spot dimana foto dari lokasi itu sudah merupakan lokasi “sejuta umat” dimana ratusan bahkan ribuan fotografer pernah memotret di spot yg sama dan menghasilkan foto yang mirip atau beda-beda tipis.
Gunakan foto-foto yang sering anda lihat tersebut sebagai referensi, pelajari dan aplikasikan tekniknya dan coba menemukan sesuatu yang berbeda. Make a difference.

Kalau tidak keberatan tiduran sejenak di aspal.

12. Pergunakan peralatan bantu

Penggunaan beberapa peralatan bantu dibawah akan sangat membantu untuk mendapatkan foto landscape yang lebih baik.
- CPL filter
- ND filter
- Graduated ND filter, lihat disitu ttg Graduated Natural Density (Grad ND): What, How, & When
- Graduated color filter
- Bubble level jika tdk ada grid pada view finder atau gunakan focusing screen dgn grid, sangat membantu untuk mencapai levelnya horizon

Memang dgn semakin mudahnya penggunaan software dan semakin canggihnya feature software pengolah gambar untuk memperbaiki/koreksi kesalahan pada saat eksekusi yang bisa mengatasi kesalahan exposure atau kemiringan horizon, penggunaan alat2 tersebut diatas kadang terasa kurang diperlukan, tapi umumnya “get it right the first time” akan bisa menghasilkan foto yang lebih baik dan natural, dibandingkan kalau foto itu harus dipermak habis-habisan nanti hanya agar bisa tampak “baik”.
Jika sudah melakukan segalanya dgn baik dan benar, akan lebih terbuka luas lagi kemungkinannya untuk mengolahnya dgn lebih sempurna nantinya.

13. Lensa yang dipergunakan

Kadang sering ada asumsi bahwa sebuah foto landscape itu harus menggunakan lensa yang selebar mungkin. Tapi dalam membuat sebuah foto landscape, semua lensa dapat dipergunakan, dari lensa super wide (14mm, 16mm, dst), wide (20mm - 35m), medium, (50mm - 85mm), hingga tele/super tele (100mm - 600mm). Semua range lensa bisa dan dapat dipergunakan.
Semua itu tergantung atas kebutuhan dan scene yang kita hadapi. Lensa wide/super wide kadang dibutuhkan jika kita ingin merangkum sebuah scene seluas-luasnya dgn memasukan object yang banyak atau yang berjauhan atau ingin mendapatkan perspektif yg unik.Tapi kadang sebuah tele bisa digunakan untuk mengisolasi scene sehingga lebih un-cluttered, simple dan focus.
Jika tiba pada suatu lokasi/spot, usahakan mencoba dgn semua lensa yang anda bawa. Jangan terpaku pada satu lensa dan memotret berulang-ulang.
Kadang diperlukan kejelian, untuk melihat dan mencari suatu bentuk unik atau pattern dari luasnya sebuah scene landscape, sehingga kita dapat meng-isolasi dgn menggunakan lensa yang tepat. Hanya dengan sering memotret dan menghadapi berbagai scene di berbagai kondisi yang dapat mengasah insting anda, baik itu object apa yang harus dicari ataupun lensa apa yg harus dipergunakan.

Penggunaan lensa yg tidak standard seperti fish-eye (baik itu yang diagonal maupun yang full-circular) bisa juga mendapatkan view yang menarik, tentu dgn pengunaan pada saat yang tepat. Tidak selalu penggunaan fish-eye menghasilkan foto yg “bagus” walau memang berbeda.

14. Persiapkan diri dan sesuaikan peralatan

Walau ini tidak berhubungan langsung, tapi kadang sangat menentukan. Sering kali kita membutuhkan research atau tanya dulu kiri kanan, baik itu dgn googling atau bertanya dgn fotografer yang sudah pernah kesana ke satu lokasi sebelumnya, terutama jika mengunjungi tempat yang berbeda jauh iklim maupun cuacanya, krn itu akan menentukan kesiapan kita baik fisik maupun peralatan yang harus dibawa, baik itu peralatan fotografi maupun peralatan penunjang.

Cek ulang dan test semua camera dan lensa yang akan dibawa.
Akan lebih baik kalau semua perlataan yang akan dibawa dalam keadaan bersih, baik itu lensanya, filter2 maupun kamera (sensor) nya.

Membawa semua lensa yang kita punya kadang tidak bijaksana. Mungkin suatu trip hanya membutuhkan satu atau dua lensa saja, atau justru membutuhkan lebih dr itu krn kita sudah mempunyai gambaran atau informasi atau trip tersebut merupakan pengulangan trip yg sudah pernah dilakukan.

Mengetahui alam dan lingkungan dan adat (jika ada penduduknya) dari lokasi pemotretan juga akan sangat membantu.
Bahkan kadang dgn membawa peta (atau mungkin GPS) akan membantu kita menemukan suatu tempat atau spot, khususnya bila kita hunting di daerah ayng tidak ketahui atau lokasi yang kita tidak hapal.


Credit Goes to Yudhi APrianto

Thursday, July 22, 2010

Tips Memotret Sekelompok Orang

Perjalanan punya banyak aspek. Salah satunya adalah dokumentasi foto atau foto perjalanan. Jika dalam perjalanan Anda berencana melakukan sejumlah pemotretan, sebaiknya Anda tahu bagaimana para profesional biasanya melakukan hal itu agar karya Anda tampil maksimal dan memuaskan.

Setiap obyek yang akan direkam atau difoto punya tuntutan teknis tersendiri. Memotret benda seni, pemandangan, atau orang, misalnya, tuntutan teknisnya berbeda-beda. Saat memotret orang pun caranya berbeda untuk orang yang bergerombol atau berkelompok, orang yang sedang bekerja, orang yang berada di pasar, atau orang yang sedang berolah raga.

Kali ini kita mulai saja dengan tips memotret orang yang berkelompok. Setiap kali Anda mencoba memotret orang dalam kelompok dan Anda ingin mereka kelihatan bahagia dan releks, Anda akan paham mengapa tukang foto profesional dibayar mahal. Mengambil foto sekelompok orang tidak mudah. Namun, jika Anda bepergian bersama keluarga atau kelompok besar atau suatu saat bertemu dengan sekelompok orang asing yang ramah, Anda akan menghadapi tantangan itu.

Saat mengatur pose yang natural merupakan bagian paling canggung dari kegiatan memotret sebuah kelompok, cobalah untuk kreatif. Daripada sekadar membuat barisan berdasarkan tinggi badan seperti yang umum orang lakukan, lebih baik arahkan mereka berada di sekitar bangku piknik atau dudukkan mereka di lereng bukit berumput atau biarkan berkerumun secara natural (lihat foto anak-anak Cina).

Cobalah berusaha agar semua orang tampak ceria: lebih mudah mengambil gambar sekelompok orang yang tampak tidak teratur dan ceria daripada merekam mereka yang tampak sedih dan ketakutan. Lontarkan sebuah lelucon (meskipun mungkin garing atau tidak memuaskan) atau jika Anda hendak memotret kawan seperjalanan, ingatkan peristiwa konyol yang terjadi sepanjang perjalanan. Biasanya, selalu ada sesorang yang memicu kelucuan dalam sebuah kelompok dan cara terbaik untuk mendapat gambar yang lucu adalah tempatkan orang itu sebagai pengatur proses pengambilan gambar.

Jika Anda tidak juga mendapatkan momen yang pas untuk pose yang dikehendaki, tidak perlu kuatir; mondar-mandir di sekitar kelompok orang yang akan dijadikan obyek foto sambil menenteng kamera sangat tidak wajar. Prinsipnya adalah dapatkan yang Anda bisa dan coba lagi kemudian.

Pencahayaan dalam memotret sebuah kelompok sangat penting karena Anda ingin memperkenalkan wajah orang. Jika mungkin, ambilah gambar di area terbuka yang teduh, seperti di bawah pohon. Jika Anda terpaska bekerja di bawah terik matahari di mana bayangan mengaburkan atau menggelapkan wajah, gunakan menu flash fill mode untuk menerangi daerah yang gelap.

Penggunaan lensa lebar atau zoom lebar akan memudahkan Anda bekerja lebih dekat dengan obyek dan menempatkan lebih banyak orang dalam frame. Namun, hati-hati, jangan memasukan latar belakang yang justru akan membinggungkan. Jika Anda bekerja dengan kelompok yang besar, pertimbangkan untuk mengabil gambar panoramik, proposisinya yang tidak biasa akan memberikan sentuhan yang lucu pada gambar (kompas.com/flickr)

Wednesday, July 21, 2010

Pembagian fotografi makro menggunakan kamera SLR/DSLR

















.

Umum
:
  • Menggunakan lensa khusus makro atau lensa zoom yang bertanda “bunga tulip”(bisa untuk foto makro )
  • Menggunakan lensa tele atau lensa normal plus tele converter..

Untuk lebih jelasnya maka lensa2 dibawah ini adalah yang biasa di pergunakan untuk fotografi makro:

# Lensa Makro Normal : 50mm

# Lensa Makro Mid tele : 90-105mm

# Lensa Makro Tele : 150-180mm

Ekstrem:

  • Memasang lensa tambahan lagi dengan posisi terbalik didepan lensa dengan tambahan sebuah adapter khusus.
  • Menggunakan filter tambahan seperti filter close-up didepan lensa.
  • Memakai filter yang seperti sifatnya sebuah kaca pembesar/Lup , Raynox,
  • Atau bahkan ada juga yang menambahkan sebuah kaca pembesar yang di lekatkan didepan lensa.

Beberapa hal yang harus diperhatikan selama pemotretan makro adalah:

  1. Lighting (sumber cahaya)

Dibagi dalam 2 :

# Natural lighting/cahaya alam/Matahari/available light

# Artifisial lighting (Flash dan lampu studio)

  1. Depth Of Field (DoF)

DOF (kedalaman fokus) dalam fotografi makro, ruang ketajaman suatu foto akan indah bisa dilihat jikalau sesuai dengan object yang akan kita abadikan.

Karena semakin dekat jarak antara titik focus kamera dengan object maka akan semakin tipis/sempit DoFnya, ini dapat kita control dengan mengatur bukaan diafraga dari lensa nya. Tentunya kita tak akan menghasilkan foto kupu2 yang hanya tajam dibagian mata saja sementara keindahan dari warna sayapnya menjadi blur.

Jadi jikalau kita ingin mendapatkan DoF yang lebih lebar, tetapi jarak antara lensa dengan objectnya ingin lebih dekat, maka bukaan difragma haruslah di set semakin kecil nilainya (biasanya antara f/5.6 bisa sampai f/16).

Faktor yang mempengaruhi DoF adalah :

    • Panjang Lensa :makin panjang lensa makin tipis DOF yang akan dihasilkan
    • Jarak focus : Makin dekat jarak focus suatu object dari lensa, makin tipis DoF yang akan dihasilkan.
    • Diafragma: Makin besar bukaan lensa (f/2.8) makin tipis DoF yang akan dihasilkan.

Jadi kesimpulannya, DoF yang dihasilkan adalah kombinasi dari ke 3 variabel tsb.

Pada fotografi makro, DoF yang akan dihasilkan relative sangatlah tipis (kebalikan dari pemotretan landscape).

  1. Fokus

# Auto fokus

# Manual fokus

Focusing pada fotografi makro tidaklah sulit apabila kita lakukan pada benda mati/diam. Tapi akan sangatlah sulit jikalau kita melakukannya pada benda yang bergerak seperti serangga yang selalu beterbangan.

Walaupun kini semua lensa sudah dilengkapi dengan fitur auto focus, tapi tidaklah semuanya memiliki kecepatan seperti yang kita harapkan dalam mengikuti object yang bergerak tersebut, jadi manual focusing sangatlah dibutuhkan dalam hal ini.

Setelah cukup terbiasa mendapatkan fokuc yang baik, barulah mencoba mengatur komposisi yang bagus.

  1. Komposisi

Membuat komposisi agar sesuai dengan kaidah “Rule Of Third” sangatlah sulit, karena object yang akan kita foto selalu bergerak dan sangatlah kecil, kadangkala seluruh object tersebut mengisi frame kamera sepenuhnya.

Hanya dengan sering berlatih dan berlatihlah maka akan didapat komposisi yang bagus dan kreatifitas seorang fotografer sangatlah berperan sekali dalam menentukan komposisi antara foreground, background yang mendukung object (POI-Point of Interest) dengan DOF yang pas.

  1. Lokasi

# Indoor

Didalam ruangan biasanya menggunakan lampu tambahan seperti flash, ringflash, atau bahkan lampu studio.

# Outdoor

Diluar ruangan kita selalu memanfaatkan cahaya matahari sebagai available lightingnya. Biasanya saat yang tepat untuk memotret makro adalah di pagi hari sampai jam 9 pagi, atau di sore hari jam 3-5 sore.


  1. Tripod atau handheld

Disaat penggunaan flash tidak memungkinkan (karena serangga yang akan kita foto akan lari menjauh) maka untuk mendapatkan eksposure yang baik antara bukaan diafragma yang kecil (agar DOFnya lebih lebar) dan shutter speed sementara shutter speed yang kita dapat sangat rendah rendah, maka penggunaan tripod/monopod sangatlah di butuhkan agar hasil fotonya tidak menjadi blur.

Untuk jelasnya apabila shutter speed kita dibawah/lebih rendah/kecil dari 1/FL(Focal length) lensa yang dipergunakan maka sebaiknya pergunakanlah tripod/monopod. Contohnya kita memakai lensa yang 100mm, maka apabila shutter speed yang didapat di kamera 1/60 sebaiknya memakai tripod/monopod agar /object moment yang akan kita abadikan tidak menjadi blur.

Penggunaan tripod sangat membantu dalam pengambilan foto makro terutama disaat cuaca/matahari tidak sedang terik .

Monopod lebih flexible terutama dalam pengambilan foto makro serangga.


  1. Mood dan kesabaran

Memotet adalah seperti halnya kita melukis sebuah kanvas putih, yang akan di lukis dengan menggunakan cahaya. Mood seorang fotografer akan tertuang dikanvas elektronik tersebut saat mengabadikannya.

Makro fotografi sangatlah menuntut kesabaran yang sangat tinggi dalam memotret sebuah bunga mawar apalagi seekor kupu2/lebah yang sedang sibuk menghisap madu di bunga.

Ingatlah, focus, eksposure dan komposisi dari object yang akan kita lukis di kamera apakah sudah seperti yang akan kita abadikan sesuai dengan mood nya.


  1. Moment dan keberuntungan

Moment tidaklah sesulit seperti yang kita bayangkan, kita bisa mempelajari waktu, kebiasaan dan tempat dari setiap serangga keluar (pada umumnya pagi). Atau saat yang tepat/terbaik kapan sebuah bunga mawar akan mekar.

Kadang kala factor keberuntungan lah yang mempertemukan fotografer dengan objectnya.

Tapi janganlah lupa, jikalau kita tidak mendapatkan object baik dan menarik lantas tidak mau berusaha mengulanginya esok harinya.

Karena kunci dari fotografi makro adalah teerus berlatih dan terus berusaha semaksimal mungkin.

Photography Makro 1

Beberapa tips & trik makro fotografi serangga dan bunga

Pada saat memotret makro serangga, buatlah foto saat dia sedang berpose, tunggulah momen saat mata serangga tsb terpaku ke lensa.

Bila memotret bunga, perhatikan dan carilah sisi terbaik dari penampilan bunga tsb. Apakah harus mengambil angle secara keseluruhan, atau hanya diperlukan bagian kecil seperti putik atau benang sarinya.

Bereksperimenlah dengan berbagai arah dan anglenya.

# Background yang bersih:

Usahakan semaksimalnya BG/background itu bersih/simple yang mendukung POInya. Kalaupun ingin mendapatkan BG hitam (warna lain) bisa disiasati dengan menggunakan kain berwarna sebagai BGnya.

# Hindari Angin:

Memotret makro pada saat angin bertiup adalah hal yang sia2, karena kita akan mendapatkan hasil yang blur, bisa juga disiasati dengan mengatur shutter speed yang cepat, tapi sebisa mungkin hindarilah memotret makro disaat angin sedang bertiup sehingga akan membuat goyangan pada objectnya.

# Sabar menunggu momen yang tepat:

Pada saat berburu/hunting makro khususnya serangga, usahakan berdiam diri sehingga segala tidak menarik perhatian serangga tsb.

Apabila kita akan mendekati object, usahakan agar gerakan kita tidak membuat serangga tsb melarikan diri meninggalkan kita.

Dan apabila memotret serangga yang menempel pada bunga, cari posisi yang tepat pada saat dia sedang menghisap madu atau pada saat dia keluar dari bunga adalah moment yang sangat bagus untuk diabadikan.

# Tahan napas saat menekan shutter kamera.

Membuat posisi spt segitiga antara lengan dan siku yang ditempel kedada kita akan memperkokoh pegangan kamera, ditambah dengan menahan napas sesaat pada waktu menekan shutter kamera akan mengurangi kemungkinan kamera shake dan bisa menghindari hasil foto yang blur/shake.

# Tambahan cahaya:

Walaupun cahaya tambahan seperti flash adalah tidak dianjurkan, tapi jika dengan menggunakan diffuser atau peredam cahaya pada flash akan membuat halus hasil fotonya dan tidak akan terlau keras kontras yang dihasilkan pada objectnya.

Hindari direct flash ,atau tambahkan difusser pada flash, atau gunakan tekhnik bouncing untuk mendapatkan dimensi dari object .

Semoga bisa bermanfaat bagi rekan2 sesama pecinta fotografi khususnya dunia makro dan akhir kata terima kasih saya ucapkan atas kesediaanya untuk membaca artikel ini dan saya mohon ma'af apabila artikel ini masih jauh dari sempurna.

Friday, July 16, 2010

Trik Foto Candid

Dalam fotografi, kita mengenal istilah candid camera. Ini berarti bahwa subjek yang kita potret tidak dalam kondisi berpose atau ’sadar’ kamera (Foto Liputan). Hasilnya pun terlihat lebih natural, spontan, dan tidak dibuat-buat. Berikut tips nya:


1. Bawa kamera kemana pun Anda pergi. Siap-siaplah untuk menjepret setiap saat, karena momen menarik bisa hadir di depan mata kapan saja.

2. Perhatikan kondisi sekitar Anda. Hal-hal sederhana bisa menjadi objek menarik untuk dibidik dengan kamera Anda. Misalnya, pemilik toko yang tengah melamun, orang yang sedang menunggu kereta api, lansia yang duduk di sebelah Anda, dua

sejoli yang sedang berpacaran dan sebagainya.

3. Sigaplah untuk siap membidik, karena tidak mudah mendapatkan kesempatan untuk mengambil gambar secara candid. Jadi ketika ada momen bagus, jangan ragu untuk langsung menjepret.

4. Jangan terlalu memusingkan teknik-teknik lighting yang rumit. Berfokuslah pada teknik yang sederhana, dan gunakan fitur otomatis kamera. Ini akan memudahkan Anda (Foto Liputan). Berbagai masalah teknis, seperti gambar terlalu terang atau gelap dapat disiasati dengan editing komputer.

5. Setinglah kamera pada ISO 400, sehingga kamera menggunakan shutter speed yang cepat. Hal ini memungkinkan Anda untuk menangkap momen dengan tepat meski Anda sedang bergerak.

6. Anda tidak perlu selalu memotret dengan kamera pada posisi mata. Mungkin, Anda bisa meletakkan kamera di pinggang saat mengambil gambar. Di sini memang dibutuhkan pengalaman dan keberuntungan untuk mendapatkan gambar yang bagus.

7. Gunakan lensa zoom paling maksimal sehingga Anda dapat menjaga jarak dari subjek jepretan Anda saat memotret.

8. Jangan pernah mengambil foto punggung orang, ini akan menghasilkan gambar yang membosankan.

9. Cobalah untuk meng-convert gambar ke posisi ‘Black and White’ untuk mendapatkan hasil yang lebih emosional.

10. Momen ‘orang sedang melakukan sesuatu’ akan menjadi foto candid yang bagus. Misalnya, atlet, pedagang, petani. Cobalah untuk meng-capture inti dari pekerjaan orang tersebut. Misalnya, meng-capture tukang ledeng yang sedang berkutat memperbaiki pipa bocor atau yang lainnya.

11. Jika Anda berada di tempat umum, sah-sah saja memotret orang (foto liputan). Jika Anda merasa tidak enak untuk mengambil gambar orang tanpa sepengetahuannya, tak ada salahnya Anda meminta izin. Mintalah subjek untuk tidak berpose, bersikap senatural mungkin dan tetap melanjutkan aktivitasnya.

12. Jangan pernah bosan untuk berlatih dan mencoba terus-menerus. Cobalah berbagai macam angle, tempat dan scene yang berbeda-beda. Anda juga bisa mencari inspirasi dari foto candid orang lain. Latihan terus menerus akan mengasah kemampuan Anda.

Wednesday, July 14, 2010

Tips membuat hasil foto menjadi lebih baik

Fotografi adalah melukis dengan cahaya. Tanpa cahaya, fotografi seolah menjadi tidak berarti, cahaya merupakan elemen terpenting dalam fotografi. Cahaya dengan berbagai sumber, mulai dari natural hingga buatan atau dengan berbagai sifatnya, mulai dari lembut/ diffuse hingga keras dengan bayangan yang kuat. Tips dan trick kali ini berisi pengenalan tentang cahaya sekaligus pemanfaatannya untuk memperoleh hasil foto yang lebih baik:

1. Memilih waktu pemotretan yang tepat.
Waktu pemotretan berpengaruh terhadap arah datangnya cahaya dan warna cahaya. Pada pandangan mata kita, matahari terbit dari timur hingga terbenam di sebelah barat membentuk suatu setengah lingkaran dengan sudut tertentu. Waktu di pagi hari dengan cahaya matahari kekuningan dan sore hari dengan cahaya matahari orange merupakan cahaya yang banyak menjadi pilihan fotografer penggemar landscape. Cahaya pagi dan sore hari dengan nuansa hangat juga cocok untuk pemotretan orang.

Siang hari dengan arah datang cahaya matahari dari atas sering dihindari oleh beberapa fotografer. Pada siang hari cahaya matahari memiliki kontras yang kuat dan cenderung datar/ flat . Beberapa fotografer landscape justru kadang menyukai karakteristik cahaya menjelang siang hari karena dapat memberikan kontras warna yang baik. Berbeda pada pemotretan portrait, karakteristik cahaya seperti ini justru menimbulkan masalah dengan munculnya bayangan tepat dibawah mata dan hidung yang cukup menggangu. Namun demikian bukan berarti kita sama sekali tidak bisa memotret dalam kondisi demikian, berikut beberapa trik yang dapat anda lakukan untuk mengatasi masalah tersebut:
* Mempergunakan flash atau reflektor sebagai pengisi bagian bayangan/ fill in.
* Memindahkan objek ke daerah bayangan/ shade sehingga cahaya tidak terlalu kontras.
* Menunggu cahaya matahari sedikit tertutup awan sehingga jatuhnya cahaya lebih menyebar/ diffuse.
* Menunggu agak lebih sore sehingga sudut datangnya matahari lebih rendah.

Selain waktu pemotretan tersebut diatas terdapat juga kondisi yang sepertinya kurang menarik yaitu saat langit dalam keadaan mendung atau berawan. Jangan menyerah dulu, karena kondisi pencahayaan tersebut sangat baik untuk jenis pemotretan tertentu seperti pemotretan portrait atau berbagai jenis tanaman. Cahaya matahari yang sampai ke subjek sudah lebih diffuse oleh karena menembus awan, sehingga highlight dan shadow tampil lebih lembut dan kontur subyek dapat tampil maksimal.

Waktu pemotretan juga berkaitan dengan pilihan musim. Tiap musim memiliki karakter cuacanya masing-masing, di Indonesia terdapat dua musim yaitu musim penghujan dan kemarau serta peralihan diantara keduanya. Fotografer biasanya memanfaatkan karakteristik dua musim tersebut, misalnya pada musim kemarau dimanfaatkan oleh fotografer untuk memperoleh kemungkinan langit yang cerah dan biru lebih besar dibandingkan dengan musim penghujan. Sebaliknya pada peralihan musim juga memberikan kemungkinan diperolehnya formasi langit dengan awan yang dramatis terutama saat matahari terbit atau tenggelam. Banyak fotografer yang juga memperoleh foto yang dramatis ketika musim hujan, mulai derasnya hujan hingga gelegar petir.

Setelah memahami berbagai karakter cahaya sesuai dengan waktu pemotretan, niscaya anda akan siap dengan segala keadaan. Dengan pemahaman ini anda juga dapat memilih waktu pemotretan yang baik untuk subjek foto sesuai dengan kondisi cahaya yang anda inginkan. Tidak ada waktu yang tidak baik, anda tinggal menyiasatinya.


2. Memperhatikan arah datangnya cahaya terhadap subjek.
Arah datangnya cahaya terhadap subyek foto memiliki beberapa kemungkinan yaitu: dari depan/ frontlight, belakang/ backlight, samping kiri atau kanan/ sidelight, atas/ toplight, dan bawah/ bottomlight. Tiap-tiap arah datangnya cahaya tersebut mempunyai keuntungan, kerugian, dan kesulitannya masing-masing dalam pemotretan.

Arah datangnya cahaya dari depan/ frontlight memberikan pencahayaan yang merata pada subyek dengan bayangan yang terdapat dibagian belakang subjek. Kontras warna juga dapat ditampilkan dengan baik dari pencahayaan seperti ini. Sedikit kelemahannya yaitu pada pemotretan orang, jika kekuatan cahaya yang cukup besar maka orang tersebut akan silau lalu membuat ekspresi mengeryitkan mata atau dahi sehingga tampilan tampak kurang natural. Sidelight, dengan arah datangnya sinar matahari dari samping subyek, merupakan pencahayaan yang dianggap paling menarik jika ingin memunculkan dimensi pada subjek yang difoto. Bayangan yang muncul akan membentuk dimensi dengan gelap terang yang menyesuaikan dengan kekuatan sinar matahari yang datang.

Jenis pencahayaan yang sering dihindari oleh seorang pemula yaitu backlight. Namun tidak demikian halnya bagi mereka yang sudah cukup mahir, backlight justru menjadi perburuan karena tingkat kesulitan dalam pemotretan untuk sumber cahaya seperti ini. Hasil foto yang dihasilkan dari cahaya backlight juga bisa beragam dan luar biasa jika berhasil dipergunakan dengan baik. Backlight menguatkan dimensi dengan memisahkan subjek dengan backgroundnya. Beragam efek hasil pada foto pun bisa diperoleh seperti siluet, translucency, rimlight termasuk flare. Ragam hasil bisa diperoleh tergantung dengan teknik yang pergunakan. Berbagai teknik pemanfaatan backlight akan dibicarakan pada tips dan trik berikutnya.

Dengan memperhatikan dan memahami efek yang ditimbulkan dari arah datangnya cahaya maka kita bisa menentukan hasil yang kita inginkan. Ketika rasa anda sudah terlatih terhadap cahaya, maka kemungkinan memvariasikan arah pencahayaan akan menjadi sesuatu yang menarik, seperti mengatur objek agar tercahayai dari backsidelight, frontsidelight, dan sebagainya. Selain itu kita juga bisa mengatur komposisi sedemikian rupa terhadap subjek dengan arah datangnya cahaya dan efek yang ingin ditimbulkannya.

Selamat mencoba dan bereksperimen.


Saturday, July 10, 2010

Pencahayaan dalam Photography

Pencahayaan yang merupakan kunci keberhasilan untuk mendapatkan hasil gambar yang diinginkan. Teknik fotografi tentang Pengaturan pencahayaan ini sangat berkaitan dengan pengaturan diafragma (aperture) dan kecepatan (shutter speed). Berikut ini adalah jenis pencahayaan dalam photography..
1. Over Exposure
– Yang dimaksud over exposure adalah Teknik fotografi tentang pencahayaan yang berlebih. Penyebar kelebihan pencahayaan ini adalah pengaturan aperture dengan shutter speed yang tidak sesuai. Jika dilihat di garis matering, posisi jarum matering berada di areal plus (+). Akibat dari kelebihan pencahayaan, foto yang dihasilkan tampak didominasi warna putih/terang.

2. Under Exposure – Kebalikan dari over exposure, adalah kekurangan pencahayaan. Penyebabnya pun sama, tidak sesuainya pengaturan shutter speed dan aperture (-). Under exposure biasanya juga disebabkan oleh sambaran flash yang terlalu lemah. Hal ini bisa terjadi jika jarak antara objek dengan flash terlalu jauh atau si pemotret terlalu minim mengatur output flash.

3. Cahaya dari Depan Objek - Memotretlah dengan keadaan objek menghadap sinar, bukan pemotret yang menghadap sinar. Cahaya yang datang dari depan objek akan menyinari tubuh secara merata. Wajah objek tampak jelas. Jika pada sebagian wajah objek ada sedikit bayangan (shadow), hal ini tidak mengurangi hasil foto, justru menambah nuansa foto.

4. Cahaya dari Belakang Objek – Saat memotret objek di luar ruangan (outdoor) sebaiknya menghindari pengambilan gambar yang menantang matahari. Pemotretan dengan menantang matahari, tubuh objek akan tampak gelap. Apalagi jika kondisi matahari terlalu kuat maka seluruh objek akan tampak hitam. Hasil foto seperti ini bisa menghasilkan foto siluet.

5. Cahaya Pagi Hari – Teknik fotografi tentang Memotret objek dengan memanfaatkan pencahayaan di pagi hari sangat disarankan. Pasalnya, cahaya pagi hari akan menghasilkan tonal warna yang lembut. Hasil foto yang didapatkan relatif bagus, baik objek landscape (pemandangan) maupun objek manusia.

6. Cahaya Siang Hari - Memotret objek pada siang hari sangat tidak disarankan karena sifat pencahayaan yang terlalu kuat sehingga foto yang dihasilkan cenderung over exposure, meskipun pengaturan aperture dan shutter speed sudah sesuai.

7. Cahaya Malam Hari - Teknik fotografi tentang Pemanfaatan cahaya pada malam hari sebenarnya memanfaatkan cahaya yang dihasilkan oleh lampu sebagai cahaya luar. Jangan terlalu mengandalkan flash karena hasilnya nanti akan tidak alami. Untuk menyiasatinya, pemotret bisa menggunakan shutter speed rendah tanpa tambahan lampu flash. Sayangnya, shutter speed yang rendah akan membuat foto menjadi tidak maksimal, maka dari itu, untuk mengatasinya pemotret bisa dibantu dengan penggunaan tripod.

Disarankan untuk memotret pagi hari pada jam 06.00 – 09.00 dan sore hari pada pukul 16.00 – 18.00. Pasalnya, dalam waktu-waktu tersebut terdapat pencahayaan yang paling baik