Jika Anda perhatikan hidangan yang tersaji di Rumah Makan Padang, misalnya, kesan apa yang bisa Anda tangkap di sana? Mungkin Anda sependapat, bahwa aneka jenis makanan itu disusun secara rapi sehingga enak dilihat. Demikian pula dengan fotografi. Jangan pernah Anda berpikir akan menghasilkan foto yang enak dipandang tanpa adanya pengaturan (komposisi) terhadap objek yang akan direkam. Atau malah sebaliknya, foto Anda hancur berantakan. Waspadalah sebelum menekan tombol rana!
Di dalam fotografi, masalah komposisi tak kurang pentingnya seperti pada seni rupa. Tanpa komposisi yang baik, materi yang ada di dalam foto tersebut, yang sebetulnya mengandung potensi dan nilai-nilai tertentu yang cukup kuat, bisa menjadi hancur berantakan. Di samping menambah nilai-nilai artistik dan estetika, pengaturan komposisi mampu menonjolkan objek utama foto. Bahkan tidak jarang, akan mendukung keberhasilan foto-foto yang kita buat.
Komposisi dapat pula kita manfaatkan untuk membentuk adanya kesan ruang. Tapi bagi para pemula di bidang fotografi, komposisi justru sering diabaikan atau terabaikan. Hal ini wajar mengingat perhatian dan konsentrasi mereka biasanya masih terpecah antara pengaturan jarak, kecepatan, pemilihan bukaan diafragma dan sebagainya atau mungkin memang kepekaannya masih kurang. Sekalipun demikian, sebetulnya hal ini tidaklah sulit untuk diatasi.
Dengan berbagai latihan yang berkesinambungan sambil mempelajari dasar-dasar komposisi, dalam waktu yang relatif singkat akan segera terbiasa. Maka hasilnya akan terlihat, bahwa jepretan kameranya jauh berbeda dengan waktu-waktu sebelumnya.
Komposisi
Di dalam fotografi, menyusun komposisi mempunyai pengertian atau batasan sebagai upaya menyusun elemen-elemen foto yang esensial seperti bentuk, nada, warna (dalam fotografi hitam putih " diwakili" oleh nuansa/gradasi nada kelabu), pola dan tekstur di dalam batasan suatu ruang. Tujuannya adalah untuk mengorganisasikan berbagai komponen foto yang saling berlainan, menjadi sedemikian rupa sehingga gambar tersebut menjadi suatu kesatuan yang saling mengisi, serta mendukung satu sama lainnya; dengan demikian, menjadi lebih enak dipandang.
Atas dasar hal tersebut, penyusunan komposisi membutuhkan adanya suatu ruang tertentu, tegasnya: Format. Format di sini adalah mengikat, dengan pengertian bahwa suatu komposisi yang baik dan pas pada format tertentu belum tentu cocok atau sesuai dalam format yang lain. Untuk memperoleh komposisi yang baik, kita dituntut agar memiliki kepekaan tersendiri, yang lagi-lagi dapat diperoleh melalui latihan-latihan berkesinambungan secara tekun, serius dan intensif.
Pandanglah sasaran atau objek foto dari berbagai sudut pandangan. Apabila dirasa perlu, aturlah sedemikian rupa sehingga terbentuk susunan yang menarik dan enak dipandang. Perhatikan juga latar belakang, sebab ada kalanya latar belakang mempunyai andil yang cukup besar dalam hal mendukung atau malah menghancurkan objek foto.
Demikian pula dengan latar depan kalau memang ada, dapat kita manfaatkan untuk batasan atau framing yang mampu menimbulkan kesan adanya ruang atau kedalaman. Beberapa hal tersebut akhirnya dapat kita putuskan untuk merangkumnya secara keseluruhan ke dalam suatu batasan ruang. Dengan kata lain, kita telah menentukan format untuk objek tersebut.
Melalui kupasannya tentang komposisi, Andreas Feininger dalam bukunya Successful Photography memberikan saran yang dapat diikuti terutama oleh para pemula sebagai berikut. Adalah penting untuk memusatkan interes yang ada, mengatur garis-garis dan bentuk ke dalam pola yang harmonis, memberikan keseimbangan pada pembagian gelap dan terang dalam keseimbangan grafis serta menciptakan batas-batas tepi (framing) secara alami atau tidak mencolok mata.
Sudah barang tentu, hal ini hendaknya dilakukan sebelum rana ditekan, sampai penyusunan komposisi tersebut dirasa mantap.
Untuk dapat melakukan hal tersebut, ada beberapa tip dan pilihan langkah yang dapat diambil para pemula:
- Mengatur atau memberi pengarahan kepada objek sedemikian rupa sampai mantap untuk memenuhi selera/ keinginannya dalam hal komposisi. Di sini ia bertindak seperti dan sebagai sutradara dalam pembuatan film cerita.
- Mengubah dan mencari sudut pemotretan sehingga dicapai suatu komposisi yang lebih baik. Ini lebih sering dilaksanakan pada pemotretan lanskap dan foto-foto arsitektur. Di mana mungkin, penggunaan lensa dengan jarak fokus yang lebih panjang dari pada lensa normal; secara material akan dapat meningkatkan komposisi melalui "efek telefoto" (pada pemotretan yang menggunakan lensa tele, terjadi distorsi perspektif karena pemendekan jarak dalam pandangan, sehingga benda-benda yang jauh letaknya seakan-akan merapat dan seperti dan seperti berhimpitan).
- Menunggu saat atau momen yang tepat sebelum menekan tombol rana. Hal ini dilakukan pada pemotretan olahraga, tarian dan foto aksi lainnya yang banyak mengandung gerak adegan dan perubahan-perubahan bentuk secara mendadak di luar dugaan. Juga pada pemotretan yang dilakukan di tempat-tempat ramai seperti jalan, pasar dan sebagainya.
- Memperbaiki komposisi pada waktu mencetak foto. Ini hanya dapat dilakukan apabila fotografer melakukan sendiri pencetakan foto-fotonya di kamar gelap. Kalau hal itu diserahkannya kepada orang/pihak lain, paling banter ia hanya bisa berpesan untuk melakukan pembatasan-pembatasan pada fotonya yang tentu saja belum tentu sesuai dengan kehendaknya. Dari segi kepuasan pun jelas akan jauh berbeda dibanding kalau dapat dilakukannya sendiri.
Sederhana
Bukan hanya dalam pola hidup, di dalam fotografi pun kesederhanaan mempunyai peranan yang cukup penting. Kesederhanaan lebih memudahkan dalam menyusun komposisi. Semakin sederhana gambar akan semakin kuat.
Secara prinsipal, ini berarti bahwa setiap gambar atau foto hendaknya hanya berisi objek tunggal saja. Pengisian gambar dengan objek ganda akan mengacaukan center of interest dan membagi perhatian pengamat karena masing-masing objek akan saling bersaing satu sama lain. Dalam hal banyak objek yang akan ditampilkan, lebih baik dibuat beberapa bidikan daripada menyajikannya dalam sebuah foto yang terlihat "riuh" .
Kesederhanaan dapat pula diterapkan pada pemilihan latar belakang. Tentu saja, latar belakang yang riuh justru dapat lebih menyita pandangan daripada objek foto. Dalam hal ini, apabila latar belakang tidak memberi dukungan pada objek, dan penggantinya tidak mungkin dilakukan, dapat disederhanakan dengan membuat latar belakang tersebut menjadi kabur. Dengan latar belakang yang kabur, selain objek menjadi lebih jelas dan menonjol, kesan adanya ruang (kedalaman) juga dapat timbul.
Kemudian dapat kita perhatikan bahwa permainan warna pun tidak luput dari adanya pengaruh terha-dap pengaturan komposisi - dalam hal ini menyangkut komposisi warna. Dalam fotografi hitam putih, permainan warna ini muncul melalui simbol pada gradasi nada dari putih ke hitam dengan berbagai nuansanya. Lain dengan fotografi warna yang memang mampu menyajikan aneka macam warna yang cerah ceria.
Bukan berarti bahwa kita tidak boleh menampilkan warna-warna tersebut dengan sebanyak-banyaknya, tapi lagi-lagi dengan menerapkan prinsip kesederhanaan, justru akan lebih memperkuat foto daripada kaya akan warna tapi tersaji dalam kesimpangsiuran tanpa arti sebagai pendukung komposisi. Kalau kita memang mampu menampilkan aneka macam warna tersebut dengan baik dalam hubungannya dengan komposisi, ya baik saja dilakukan.
Hal lain yang tak kalah penting adalah pembagian/ penggunaan ruang dan bidang. Untuk suatu komposisi yang baik, penggunaan ruang dan bidang mestinya tidak sembarangan.
Harus dipikirkan mengenai keseimbangan, keserasian dan keharmonisannya. Di sini masalahnya bukan menyangkut benar atau salah, tapi lebih cenderung pada enak atau tidak untuk dipandang dan dinikmati, dan barulah kita dapat menilainya baik atau tidak.
Dalam hal penggunaan bidang ini, dapat ditentukan di mana atau pada bagian mana objek atau objek akan ditempatkan; pemilihan sudut pemotretan, seberapa banyak lingkungan di sekitar objek dapat diikutsertakan dan sebagainya, termasuk pengisian latar depan kalau memang ada dan dirasa perlu.
Dalam kaitannya dengan hal tersebut, seorang fotografer memang tetap saja memiliki kebebasan sepenuhnya untuk meletakkan horizon di bagian bawah, atas atau bahkan tepat di tengah-tengah format fotonya.
Ia juga boleh saja memotret tiga orang yang berdiri berjajar dengan jarak yang renggang dan bukannya mengelompokkan dalam suatu susunan yang merupakan satu kesatuan atau unit yang lebih luwes. Pastikan sebelum Anda menekan tombol rana, Anda menyusun dan mengatur komposisi sedemikian rupa. Waspadalah!
No comments:
Post a Comment